MAKALAH
PENGELOLAAN KELAS
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam lingkaran pendidikan, biasanya
dikatakan bahwa tidak seorang pun yang memperhatikan manajemen kelas (class
room) yang baik, kecuali kelas telah menjadi ruwet dan tidak terkendali.
Padahal dengan memanajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan
pembelajaran bagi murid.
Secara historis, dalam memanajemen kelas,
guru dianggap sebagai pengatur dalam proses pembelajaran. Guru juga dianggap
sebagai pemandu, kordinator, dan fasilitator. Ketika kelas dikelola secara
efektif, kelas akan berjalan lancar dan murid akan aktif dalam pembelajaran.
Dan sebaliknya, ketika kelas dikelola dengan buruk maka kelas akan menjadi
kacau dan tidak menarik lagi sebagai tempat untuk belajar. Akan tetapi, di
dalam memanajemen kelas yang baik terkadang di aplikasikan secara berbeda-beda
baik di sekolah dasar maupun menengah diikarenakan perbedaan strukturnya. Di
SD, guru harus menghadapi 20 sampai 25 murid selama seharian. Sedangkan di SMP
dan SMA, guru harus menghadapi lima atau enam kelompok yang terdiri dari 20
sampai 25 murid selama 50 menit sehari. Dibandingkan dengan sekolah menengah,
murid SD menghabiskan lebih banyak waktu dengan murid yang sama di kelas, dan
berinteraksi dengan orang yang sama seharian sehingga bisa menimbulkan kebosanan
dan problem lain. Akan tetepi dangan 100 sampai 150 murid, guru di sekolah
menengah lebih banyak menghadapi problem dibandingkan dengan guru SD. Juga,
karena guru sekolah menengah menghabiskan lebih sedikit waktu dengan murid di
kelas, akan lebih sulit bagi mereka untuk membangun hubungan personal dengan
murid. Dan guru sekolah menengah harus bergerak cepat dan manajemen waktu
dengan efektif, karena periode kelasnya pendek.
Dibanding di SD, problem sekolah menengah
dapat lebih lama dan dalam, dan karena itu lebih sulit untuk di modifikasi.
Juga, problem disiplin sekolah menengah biasanya lebih berat, murid lebih
mungkin membangkang pada aturan dan bahkan bertindak berbahaya. Karena
kebanyakan murid sekolah menengah punya keterampilan penalaran yang lebih maju
dari pada murid SD, mereka munkin menginginkan penjelasan yang lebih logis dan
masuk akal tentang aturan dan kedisiplinan yang diberlakukan. Selanjutnya
pembahasan pada makalah kami yang akan
kami bahas yaitu mengenai pengelolaan kelas yang efektif. Pengelolaan kelas
yang efektif meliputi: mendesain lingkungan fisik kelas, Menciptakan lingkungan
yang positif, serta menjadi komunikator yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Kelas Yang Efektif
Pengelolaan kelas yang efektif sering
disebut juga dengan (classroom manajemen). Pengelolaan kelas ini meliputi
strategi yang digunakan guru untuk menciptakan ruang kelas yang positif dan
produktif. Di dalam pengelolaan kelas yang efektif ini tidak hanya meliputi
mencegah dan menanggapi perilaku yang buruk saja, tetapi juga yang lebih
penting yaitu bagaimana cara memanajemen kelas yang baik yang dapat memaksimalkan
kesempatan pembelajaran bagi murid.[1]
Para pakar dalam bidang memanajemen kelas
melaporkan bahwa dalam mengelola kelas terdapat perubahan dalam pemikiran
tentang cara terbaik untuk mengelola kelas. Pandangan lama lebih menekankan
pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untuk mengatur tindak tanduk murid.
Sedangkan pandangan yang baru lebih mengfokuskan pada kebutuhan murid untuk
mengembangkan hubungan dan kesempatan untuk menata diri. Pengelolaan kelas yang
mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada aturan ketat dapat
melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif, pemikiran, dan
konstruksi pengetahuan sosial. Yang terbaru dalam pengelolaan kelas yaitu lebih
menekankan pada pembimbingan murid untuk menjadi lebih mau untuk berdisiplin
diri dan tidak terlalu menekankan pada pengaturan eksternal atas diri murid.
Kelas yang dikelola dengan baik akan
membuat murid sibuk dengan tugas yang telaah di berikan. Kelas yang dikelola
dengan baik juga akan memberikan aktivitas dimana murid menjadi terserap
kedalamnya dan termotifasi untuk belajar dan memahami aturan dan regulasi yang
harus dipatuhi.
Memanajemen kelas yang efektif mempunyai
dua tujuan yaitu: membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar
dan mengurangi aktifitas yang tidak di orientasikan pada tujuan, dan mencegah
murid mengalami problem akademik dan emosional.[2]
Berikut adalah cara-cara pengelolaan kelas
yang efektif yaitu dengan cara mendesain lingkungan fisik kelas untuk
pembelajaran yang optimal, menciptakan lingkungan yang positif untuk
pembelajaran, membangun dan menegakkan aturan, mengajak murid untuk bekerja
sama, mengatasi problem secara efektif, dan menggunakan setrategi komunikasi
yang baik.[3]
1. Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Dalam mendesain lingkungan fisik kelas, lebih dari sekedar penataan
barang yang ada di kelas. Melainkan bagaimana cara agar kelas menjadi
lingkungan yang efektif untuk pembelajaran. Terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam mendesain lingkungsn fisik kelas yaitu: prinsip-prinsip
penataan kelas, mengatur kelas serta gaya penataan kelas.
a. Prinsip penataan kelas
Ø Kurangi kepadatan ditempat lalu-lalang.
Gangguan dapat terjadi di tempat yang sering dilewati. Daerah ini antara lain
area belajar kelompok, bangku murid, meja guru dan lokasi penyimpanan pensil,
rak buku, komputer dan likasi lainnya. Pisahkan area-area ini sejauh mungkin
dan pastikan mudah di akses.
Ø Pastikan bahwa anda dapat dengan mudah
melihat semua murid. Tugas menejemen yang penting adalah memonitor murid secara
cermat. Untuk itu, kita harus melihat semua murid. Dan pastikan ada jarak
pandng yang jelas dari meja kita, lokasi intruksional, meja murid, dan semua
murid. Jangan sampai ada yang tidak kelihatan.
Ø Materi pengajaran dan perlengkapan murid
harus mudah di akses. Ini akan meminimalkan waktu persiapan dan perapian, dan
mengurangi kelambatan dan gangguan aktifitas.
Ø Pastikan murid dapat dengan mudah melihat
semua presentasi kelas. Tentukan dimana kita dan murid kita akan berada saat
presentasi kelas diadakan. Untuk aktifitas ini, murid tidak boleh memindahkan
kursi atau menjulurkan lehernya. Untuk mengetahui seberapa baik murid dapat
melihat dari tempat mereka, duduklah di kursi mereka.
b. Mengatur Kelas
Pengelolaan kelas yang baik dimulai sebelum hari pertama sekolah. Ketika
kita mengatur perabotan di kelas, putuskanlah dimana meletakkan bahan-bahan dan
peralatan mengajar, dan peralatan dimana siswa akan duduk. Kita harus
mempertimbangkan efek yang mungkin terjadi akibat berbagai pengaturan terhadap
perilaku siswa. Ada empat strategi yang dapat membantu pengelolaan kelas yaitu:
Ø Mengatur perabotan dengan cara-cara yang
mendorong interuksi siswa dan ubahlah kalau malah ternyata kontraproduktif.
Ø Minimalkan kemungkinan distraksi
(pengalihan perhatian).
Ø Mengatur kelas sedemikian rupa sehingga
kita mudah berinteraksi dengan siswa.
Ø Mengidentifikasi lokasi-lokasi yang
mempermudah pemantauan perilaku siswa.[4]
c. Gaya Penataan Kelas
Dalam memikirkan bagaimana cara anda mengorganisasikan ruang fisik
kelas, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri tipe aktifitas pengajaran
apa yang akan diterima murid (seluruh kelas, kelompok kecil, tugas individual, dan
lain-lain). Pertimbangan penataan fisik yang paling mendukung aktifitas itu
antara lain:
Ø
Penataan kelas standar
Menunjukkan sejumlah gaya penataan kelas: auditorium, tatap-muka, off-sett,
seminar, dan klaster.
·
Gaya auditorium tradisional, semua murid duduk menghadap guru. Penataan
ini membatasi murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Gaya
auditorium seringkali dipakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi
presentasi ke kelas.
·
Gaya tatap muka (face-to-face), murid saling menghadap. Dengan
gaya ini maka gangguan dari murid lain akan lebih besar pada susunan ini dari
pada susunan auditorial.
·
Gaya off-set, sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak)
duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. Gangguan
dalam gaya ini lebih sedikit dari pada gaya tatap muka dan dapat efektif untuk
kegiatan pembelajaran kooperatif.
·
Gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan
berbentuk lingkaran, atau persegi atau bentuk U. Ini paling efektif ketika kita
ingin agar murid berbicara satu sama lain atau bercakap-cakap dengan kita.
·
Gaya klaster (clouster), sejumlah murid (biasanya empat samai
delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil. Susunan ini paling efektif untuk
aktivitas pembelajaran kolaboratif.[5]
2. Menciptakan Lingkungan Yang Positif
Di dalam suatu pembelajaran, murid memerlukan lingkungan yang positif
untuk belajar. Hal yang harus diperhatikan yaitu: strategi manajemen kelas umum
yang dipergunakan untuk memberikan lingkungan yang positif, cara efektif membuat
dan mempertahankan aturan, dan strategi positif untuk membuat murid mau bekerja
sama.
a.
Strategi Umum
Strategi umum mencakup penggunaan gaya otoritatif dan manajemen aktifitas
kelas secara efektif.
Ø
Menggunakan Gaya Otoritatif
Gaya manajemen kelas otoritatif seperti: apabila guru yang otoritatif
akan mempunyai murid yang cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama
dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Strategi manajemen
kelas otoritatif akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan
pelaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring
murid. Guru yang otoritatif akan melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take
dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan menjelaskan
aturan dan regulasi, menentukan standar dengan masukan dari murid.[6]
Ø
Mengelola Aktifitas Kelas Secara Efektif
Guru yang efektif berbeda dengan guru yang tidak efektif bukan dalam
cara mereka merespons perilaku menyimpang murid, tetapi berbeda dalam cara
mereka mengelola aktifitas kelompok secara kompeten. Berikut ini perbedaan
antara manajer kelompok kelas yang efektif dan tidak efektif. Manajer kelas
yang efektif yaitu:
·
Menunjukkan seberapa jauh mereka “mengikuti”. Kounin menggunakan istilah “withitnes”
untuk mendeskripsikan strategi dimana mereka senantiasa mengikuti apa yang
terjadi. Guru seperti ini akan memonitor murid secara reguler. Ini akan membuat
mereka bisa mendeteksi perilaku yang salah jauh sebelum perilaku itu lepas
kendali. Guru yang tidak “mengikuti” perkembangan kemunhkinan besar tidak akan
melihat perilaku salah itu sebelum perilaku itu menguat dan menyebar.
·
Atasi situasi tumpang-tindih secara efektif. Kounin mengamati bahwa beberapa guru
tampaknya berpikir sempit, hanya mengenai satu hal dalam satu waktu . Ini
adalah strategi yang tak efektif yang kerap menimbulkan intrupsi aliran proses belajar
di kelas. Misalnya, seorang guru sedang menangani kelompok membaca dan dia melihat dua anak laki-laki di luar sedang
berkelahi. Dia segera bangkit, mendekati anak yang berkelahi, menegur mereka,
dan kemudian kembali ke kelompok. Akan tetapi, pada saat dia kembali ke kelompok
membaca itu, murid di kelompok membaca itu sudah bosan dan mulai ribut sendiri.
Dan sebaliknya, guru yang efektif akan mampu mengatasi situasi tumpang tindih
ini secara lebih baik. Misalnya, dalam situasi kelompok membaca mereka dengan
cepat merespons pertanyaan murid dari keluar kelompok yang mengajukan pertanyaan,
tetapi dalam merespon itu dia tidak mengubah aliran proses belajar membaca.
Ketika berjalan keliling ruangan dan memeriksa pekerjaan murid, matanya tetap
mengawasi seluruh kelas.
·
Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran. Manajer yang efektif akan menjaga aliran
pelajaran tetap lancar, mempertahankan minat murid dan tidak menjaga agar murid
tidak terganggu. Beberapa aktifitas guru yang tidak efektif yang dapat
menganggu aliran pelajaran. Aktifitas itu antara lain seperti: flip-floopping,
meninggalkan aktifitas yang sedang berjalan dengan alasan yang tidak jelas,
dan terlalu lama memaparkan sesuatu yang sudah dipahami murid.
·
Libatkan murid dalam berbagai aktifitas yang menantang. Kounin juga menemukan bahwa menejer kelas
yang efektif melibatkan murid dalam berbagai tantangan tetapi bukan aktifitas
yang terlalu sulit. Murid sering bekerja secara independen daripada diawasi
oleh guru.[7]
b.
Membuat, Mengajarkan, dan Mempertahankan Aturan dan Prosedur
Agar bisa berjalan dengan lancar, kelas peerlu punya aturan dan prosedur yang jelas. Tanpa aturan dan
prosedur yang jelas maka akan muncul kesalahpahaman yang bisa melahirkan
kekacauan.
Ø Membedakan Aturan dan Prosedur
Aturan maupun prosedur adalah pernyataan espektasi tentang perilaku.
Aturan yaitu lebih fokus pada espektasi umum atau spesifik atau standar
perilaku. Sedangkan prosedur biasanya diterapkan untuk aktifitas spesifik dan
diarahkan untuk mencapai tujuan, bukan untuk melarang perilaku tertentu atau
menciptakan standar umum.
Aturan cenderung tidak berubah karena mengatur dasar-dasar tindakan kita
terhadap orang lain, diri sendiri, dan tugas, seperti menghormati orang tua dan
hak milik, dan tidak mengganggu orang lain. Di lain pihak, mungkin berubah
karena rutinitas dan aktifitas di kelas juga bisa berubah.
Ø Mengajarkan Aturan dan Prosedur
Beberapa guru melibatkan murid dalam pembuatan aturan. Dengan harapan
akan mendorong mereka untuk lebih bertanggungjawab atas tindakan mereka
sendiri. Keterlibatan murid dalam pembuatan aturan dapat beragam bentuknya,
antara lain dengan diskusi alasan penentuan aturan dan makna dari aturan
tersebut. Guru munkin menyuruh murid untuk mendiskusikan mengapa aturan itu
diperlukan dan kemudian menyusun sejumlah aturan. Dan guru dapat menjelaskan
aturan itu dengan mendeskripsikan, area perilaku umum yang diatur dalam aturan
itu.
Ø Membangun Aturan dan Prosedur Kelas
Berikut ini empat prinsip yang harus
diingat saat kita akan menyusun aturan dan prosedur di kelas yaitu:
1. Aturan dan prosedur harus masuk akal dan
dibutuhkan.
2. Aturan dan prosedur harus jelas dan dapat
dipahami.
3. Aturan dan prosedur harus konsisten dengan
tujuan pengajaran dan pembelajaran.
4. Aturan kelas harus konsisten dengan aturan
sekolah.
Ø Mengajak Murid untuk Bekerja Sama
Dengan adanya kerja sama antara guru dengan murid maka diharapkan
ketertiban peraturan kelas ini akan selalu terjaga tanpa harus mengandalkan
hukuman. Ada beberapa strategi dalam mewujudkan kerja sama yang baik dengan
murid yaitu:
1. Menjalin hubungan positif dengan murid,
2. Mengajak murid untuk berbagi dan mengemban
tanggung jawab, dan
3. Memberi hadiah pad perilaku yang tepat.[8]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kelas yang di kelola secara efektif, maka
kelas akan berjalan lancar dan murid akan aktif dalam pembelajaran. Dan
sebaliknya, ketika kelas dikelola dengan buruk maka kelas akan menjadi kacau
dan tidak menarik lagi sebagai tempat untuk pembelajaran. Cara-cara pengelolaan kelas yang efektif
yaitu dengan cara:
a. mendesain lingkungan fisik kelas untuk
pembelajaran yang optimal,
b. menciptakan lingkungan yang positif untuk
pembelajaran,
c. membangun dan menegakkan aturan,
d. mengajak murid untuk bekerja sama,
e. mengatasi problem secara efektif, dan
f. menggunakan setrategi komunikasi yang baik.
Memanajemen kelas yang efektif mempunyai
dua tujuan yaitu: membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar
dan mengurangi aktifitas yang tidak di orientasikan pada tujuan, dan mencegah
murid mengalami problem akademik dan emosional.
DAFTAR PUSTAKA
Salvin E. Robert. 2009. Psikologi Pendidikan
: Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks
Santrock W. John. 2010. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Omrod Jeanne Ellis. 2008. Psikologi
Pendidikan : Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama
[1]
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik, (Jakarta:
PT Indeks, 2009) hlm. 154
[3]
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010),
hlm. 553-554
[4]
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan : Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang, (Jakarta, PT Gelora Aksara Pratama: 2008), hlm. 212-213
[8] Ibid.,
hlm. 568-570
0 komentar:
Posting Komentar