BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai
makhluk sosial manusia itu tidak dapat melepaskan diri dari manusia
lainnya.Antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya saling membutuhkan
dan saling berhubungan. Dalam hubungan ini akan terjadilah suatu proses saling
mempengaruhi. Dalam kaitannya dengan kelompok ,antara anggota yang satu dengan
anggota kelompok yang lain akan terjadi saling pengaruh mempengaruhi. Proses
saling mempengaruhi ini dalam kehidupan kelompok itulah yang sebenarnya yang
dijadikan landasan di selenggarakannya bibingan kelompok.
Istilah
bimbingan kelompok dalam pengertian yang sederhana adalah bimbingan yang
diterapkan terhadap sekelompok individu, disamping istilah bimbingan kelompok
seringkali dikaitkan dengan bagian dari program bimbingan dan dilaksanakan
dalam rangka bimbingan belajar dari individu-individu siswa, dengan bimbingan
dari konselor atau pembimbingnya.
Tujuan
dari penyelenggaraan bimbingan kelompok di sekolah tidak jauh berbeda jika di
bandingkan dengan tujuan program bimbingan pada umumnya, yaitu membantu setiap
siswa supaya dapat berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan potensi-potensi
yang di milikinya.
Dengan
bimbingan kelompok kemungkinan beberapa individu siswa dapat memanfaatkan
dinamika kelompok semaksimal mungkin dalam memecahkan masalahnya.Maka dari itu
peranan konselor atau pembimbing dalam kegiatan kelompok sangat dibutuhkan
terutama dalam mengarahkan kegiatan kelompok ke arah yang positif sehingga
klien dapat mengembangkan dirinya sendiri dalam menanggulangi masalahnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap
individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat
berupa penyampaian informasi ataupun aktifitas kelompok membahas masalah-masalah
pendidikan, pekerjaan, pribadi, maupun sosial.
Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok,
yaitu: kelompok kecil (2-6 orang), kelompok sedang (7-12 orang), dan kelompok
besar (13-20 orang) ataupun kelas (20-40 orang). Diberikan informasi dalam
bimbingan kelompok terutama dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang
kenytaan, aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang dapat dilakukan
untuk menyelesaikan tugas-tugas, serta meraih masa depan dalam studi, karir,
ataupun kehidupan. Asktifitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan
mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri, serta
pengembangan diri.
Pada umumnya aktivitas kelompok
menggunakan prinsip dan proses dinamika kelompok, seperti dalam kegiatan
diskusi, sosiodrama, bermain peran, simulasi dan lain-lain. Bimbingan melalui
aktifitas kmelompok lebih efektif karena selain peran individu lebih aktif,
juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana, dan
penyelesaian masalah.[1]
B. Dinamika
Kelompok
Bekerja dalam kelompok atau bekerja dengan kelompok (work group)
menunjukkan pada seperangkat metode dan teknik yang dirancang untuk mendampingi
suatu kelompok dalam meningkatkan cara dan mutu berinteraksi sedemikian rupa,
sehingga menunjang dalam pencapaiannya tujuan yang ditetapkan dan pengembangan
kepribadian masing-masing anggota yang tergabung dalam suatu kelompok. Bagi
tenaga bimbingan di institusi pendidikan, bekerja dengan kelompok berarti
merancang dan mengelola serangkaian kegiatan yang memberikan pengalaman kepada
siswa dan mahasiswa berinteraksi antara satu dengan yang lain dalam lingkup
suatu kelompok, dengan maksud menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan
sosial masing-masing anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam
kelompok guna mencapai aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan. Dalam
hal ini tenaga bimbingan memanfaatkan proses kelompok (Group Process), yaitu interaksi dan komunikasi yang berlangsung
antara anggota peserta kelompok yang bekerja sama untuk memenuhi suatu
kebutuhan yang dihayati bersama, untuk memecahkan suatu problem yang dihadapi
bersama melalui pikiran dalam diskusi, atau untuk merencanakan suatu aksi yang
akan dilakukan bersama.
1. Kelompok
Fungsional
Kelompok dalam rangka bimbingan kelompok
adalah bukan suatu himpunan individu-individu yang karena satu atau lain alasan
tergabung bersama, melainkan suatu satuan/unit orang yang mempunyai suatu
tujuan yang ingin dicapai bersama. Tujuan yang ingin dicapai bersama dapat
menyangkut sesuatu yang tidak langsung yang berkaitan dengan kehidupan batin
peserta/anggota kelompok, seperti merencanakan bazar di sekolah atau
merencanakan pesta perpisahan kelas; kelompok semacam ini biasanya disebut kelompok
tugas. Tujuan yang dicapai juga dapat menyangkut sesuatu yang langsung
berkaitan dengan kehidupan batin anggota di dalam kelompok, seperti
meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain atau membahas sikap yang
sebaiknya diambil oleh generasi muda terhadap generasi tua dan sebaliknya;
kelompok semacam ini biasanya disebut kelompok perkembangan.
Dalam menganalisis aktifitas suatu kelompok, dapat
dibedakan menjadi dua yaitu dimensi isi dan dimensi proses. Dimensi isi
menunjuk pada apa yang menjadi fokus perhatian kelompok, berkaitan dengan
tujuan yang ingin dicapai, dengan kata lain apa yang dikerjakan, apa yang
didiskusikan, dan apa yang dibahas. Apa yang sebaiknya menjadi isi aktifitas
suatu kelompok tergantung dari pihak-pihak yang terlibat, dari tingkat
perkembangan seluruh anggota kelompok, dan dari lingkungan dimana aktifitas
kelompok itu berlangsung. Sedangkan dimensi proses menunjuk pada bagaimana
caranya isi ditangani, dengan cara yang bagaimana kelompok bekerja, dengan cara
yang bagaimana kelompok mengatur lalulintas diskusi, dengan cara yang
bagaimanakelompok menganalisis problem yang dihadapi dan mencari pemecahan
bersama, dengan cara yang bagaimana kelompok menjaga dan membina kebersamaan
dalam kelompok sehingga semua anggota kelompok merasa terlibat. Ada lima
komponen dasar dalam proses yaitu:
a) Struktur
organisasi dan tujuan dibentuknya kelompok,
b) Interaksi dan komunikas antar peserta/anggota
kelompok,
c) Keterpaduan
dan kebersamaan sebagai satuan yang saling terikat,
d) Gerak
maju atau langkah-langkah yang ditempuh untuk sampai pada sasaran, dan
e) Kepemimpinan.
Pada dasarnya kelompok-kelompok tidak lahir secara
kebetulan saja, suatu kelompok dapat dibentuk atas prakarsa dan inisiatif
beberapa orag dari dalam yang kemudian menjadi warga kelompok, atau dibentuk
atas usaha beberapa organisator dari luar yang kemudian menjadi secara langsung
atau tidak langsung terlibat dalam kegiatan kelompok. Kelompok ditinjau dari
kegiatan yang dilakukan, dibedakan atas:
a) Kelompok
aksi (action group), yang dirancang
dengan tugas utama mengerjakan sesuatu, seperti OSIS dengan semua seksinya yang
harus merencanakan dan mengelola berbagai kegiatan diluar bidang pengajaran,
seperti marching band dan lain sebagainya.
b) Kelompok
studi (study group), yang dirancang
dengan tugas utama mempelajari seluk-beluk suatu bidang dengan menggunakan
submber-sumber tertentu, seperrti kelompok yang mengumpulkan informasi tentang
perguruan tinggi yang terdapat di kota bersama variasi program studi yang
ditawarkan, dan kelompok yang mengumpulkan kliping dari berbagai majalah
tentang penggunaan narkotika.
c) Kelompok
diskusi (discussion group), yang
dirancang dengan tujuan utama membahas bersama suatu masalah yang dihadapi.
Bentuk khusus darri kelompok diskusi ialah kelompok konseling, yang
membicarakan suatu masalah yang melibatkan semua anggotasecara intensif.
2. Macam-macam
Kelompok
Jane Warters, dalam bukunya yang berjudul Group Guidance Principles and Practice,s
Mengemukakan bahwa banyak sifat yang bersifat dikotomis yaitu:
a.
Kelompok primer dan skunder. Kelompok
primer dapat dicirikan oleh kontak akrab yang kontinou, seperti dalam keluarga
dan kelompok bermain pada anak dikampung. Kelompok skunder dibentuk atas dasar
minat yang dikejar bersama, seperti satuan kelas disekolah dan kelompok pecinta
alam dalam kalangan mahasiswa. Kelompok atau group yang dibentuk untuk
kepentingan kegiatan bimbingan bersifat kelompok skunder, baik kelompok besar
maupun kelompok kecil.
b.
Sociogroup
dan psychogroup. Dalam kelompok yang pertama tekanannya
terletak pada hal yang harus dilakukan bersama, dalam kelompok yang ke dua
tekanannya terletak pada hubungan antarpribadi. Namun, tekanan itu dapat
bergeser sehingga suatu sociogroup dapat
menjadi suatu Psychogroup dan
sebaliknya, bahkan dalam kelompok yang sama tekanannya kadang-kadang diberikan
pada tugas yang dikerjakan, dan pada lain waktu unsur kebersamaan lebih
diutamakan. Dalam kelompok atau group yang dibentuk untuk kepentingan kegiatan
bimbingan, pembedaan antara kedua kedua macam kelompok itu tidak sebegitu tajam
karena, disamping mengusahakan sesuatu bersama, pembinaan hubungan antarpribadi
juga harus diperhatikan.
c.
Kelompok yang terorganisasi dan kelompok
yang tidak terorganisasi. Dalam kelompok yang terorganisasi terdapat
diferensiasi antara peran-peran yang dipegang oleh anggota/peserrta kelompok,
sehingga terdapat suatu struktur. Struktur itu dapat bersifat sangat formal dan
kompleks, dapat pula bersifat informal dan agak sederhana. Dalam kelompok yang
tidak terorganisasi setiap anggota bergerak lepas yang satu dari yang lain.
Kelompok yang terbentuk untuk kepentingan kegiatan bimbingan adalah kelompok
terorganisasi, lebih-lebih karena dibentuk dibawah pengawasan tenaga bimbingan.
Namun, struktur organisasinya cenderung bersigat informal dan agak sederhana.
Kelompok seluruh anggota OSIS yang mewakili para siswa disuatu sekolah adalah
kelompok yang terorganisasi, dengan struktur yang jauh lebih formal.
d.
In
group dan Out group.
Dalam kelompok yang pertama para anggota merasa terikat antara satu sama lain
dan menunjukkan loyalitas satu sama lain. Anggota out group adalah mereka yang bukan anggota kelompok tertentu ,
diantara mereka tidak terdapat rasa loyalitas, rasa simpati, dan rasa
ketertarikan, bahkan mungkin terdapat rasa antipati dan rasa benci. Kelompok
yang dibentuk untuk kepentingan kegiatan bimbingan tidak mengikuti pola
pembedaan ini karena kelompok/gabungan itu tidak pernah boleh menghasilkan
perbedaan tajam.
e.
Kelompok yang keanggotaannya bebas serta
atas dasar sukarela dan kelompok yang keanggotaanya diwajibkan. Diantara
kelompok yang dibentuk untuk kegiatan bimbingan ada yang bibentuk atas dasar
sukarela, misalnya kelompok konseling, dan ada juga yang dibentuk atas dasar
kewajiban sebagai siswa yang bersekolah di institusi pendidikan tertentu,
misalnya satuan kelas pada waktu tertentu menerima bimbingan karier.
f.
Kelompok tertutup dan kelompok terbuka.
Kelompok tertutup terdiri atas mereka yang mengikuti kegiatan kelompok sejak
permulaan dan tidak menerima anggota baru dampai kegiatan kelompok berhenti.
Kelompok terbuka memungkinkan adanya orang keluar dan orang masuk selama
kegiatan kelompok berlangsung. Kelompok atau group kecil yang dibentuk dengan
tujuan khusus cenderung bersifat tertutup seperti kelompok konseling, sedangkan
kelompok besar lebih bersifat terbuka seperti, satuan kelas bila ada siswa baru
masuk.[2]
C. Teknik-teknik
Bimbingan Kelompok
1. Home
Room Program
Yaitu nsuatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan
agar guru dapat mengenal murid-muridnya dengan lebih baik, sehingga dapat
membantunya secara efisien.
2. Karya
Wisata atau Field Trip
Karya wisata atau field trip disamping berfungsi
sebagai kegiatan rekreasi atau metoe mengajar, dapat pula berfungsi sebagai
suatu teknik bdalam bimbingan kelompok. Dengan karya wita murid mendapat
kesempatan meninjau objek-objek yang menarik dan mereka mendapat informasi yang
lebih baik dari objek itu.
3.
Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupkan suatu cara
dimana murid-murid akan mendapatkan kesempatan untuk memecahkan masalah
bersama-sama. Setiap murid mendapat kesempatan untuk menyumbangkan pikiran
masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.
4.
Kegiatan Kelompok
Kegiatan kelompok dapat merupakan teknik
yang baik dalam bimbingan, karena kelompok memberikan kesampatan kapada
individu untuk berpartisipasidengan sebaik-baiknya.
5.
Organisasi Murid
Melalui organisasi ini banyak
masalah-maslah yang sifatnya individual maupun kelompok dapat diselesaikan.
Dalam organisasi murid dapat kesempatan untuk belajar mengenal berbagai aspek
kehidupan sosial.
6.
Sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu
teknik didalam memecahkan-memecahkan masalah-masalah sosial dengan melalui
kegiatan bermain peran.
7. Psikodrama
Psikodrama dalah teknik untuk memecahkan
masalah-masalah psychis yang dialami oleh individu.
8. Remedial
Teaching
Remidial teaching atau pengajaran
remedial nyaitu bentuk pengajaran yang diberikan kepada seorang murid untuk
membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya.[3]
D. Pelaksanaan
Bimbingan Kelompok
Bimbingan
kelompok dilaksanakan melelui kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan
menyeluruh
Yaitu
meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengkapannya) persiapan bahan, persiapan
keterampilan dan persiapan administrasi.
b. Pelaksanaan
tahap-tahap kegiatan
Tahap-tahapnaya
yaitu:
1) Pembentukan.
Temanya pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri
kedalam suatu kelompok. Tahap pembentukan meliputi kegiatan: a. Mengungkapkan
pengertian dan tujuan maupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh
masing-masing, sebagaian , maupun seluruh anggota kelompok, b. Menjelaskan
cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok, c. Saling memperkelnalkan dan
mengungkapkan diri, d. Teknik khusus bagi seorang pemimpin kelompok, e.
Permainan penghangatan atau pengakraban.
2) Peralihan
Tahap peralihan ini meliputi kegiatan: a.
Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, b. Menawarkan
atau mengamati apakah para anggota sudah siap dalam menjalani kegiatan pada
tahap selanjutnya, c. Membahas suasana yang terjadi, d. Meningkatkan kemampuan
keikutsertaan anggota, e. kalau kembali kebeberapa aspek tahap pertama atau
tahap pembentukan. Tahap peralihan ini merupakan jembatan antara tahap
pembentukan dan tahap kegiatan.
3) Kegiatan.
Tahap ini meliputi kegiatan: a. Pemimpin kelompok
mengemukakan suatu masalah atau topik untuk kelompok tugas sedangkan untuk
kelompok bebas yang dilakukan adalah mengemukakan permasalahan kemudian
pemilihan permasalahan atau topik, b. Tanya jawab antara anggota dan pemimpin
kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut permasalahan atau
topik yang dikemukakan pemimpin kelompok atau yang sudah dipilih oleh anggota
kelompok, c. Anggota membahas permasalahan atau topik tersebut secara mendalam
dan tuntas, d. Kegiatan selingan.
4) Tahap
pengakhiran
Pada
tahap pengakhiran yang dilakukan adalah pemberitahuan bahwa kegiatan akan
segera di akhiri, pengambilan kesimpulan oleh anggota kelompok, refleksi
tentang kegiatan yang baru saja dilakukan, memicarakan rencana pertemuan
selanjutnya, do’a penutup.[4]
E. Nilai
– nilai bimbingan kelompok
Nilai-nilai bimbingan kelompok berkaitan dengan
aktifitas-aktifitas kelompok. beberapa diantaranya seperti:
a. Memfasilitasi
perkembangan pribadi
b. Penstimulasian
pembelajaran dan pemahaman
c. Keuntungan-keuntungan
interaksi kelompok
d. Ekonomi[5]
F.
Manfaat dan
pentingnya bimbingan kelompok
Hartinah menyatakan bahwa melalui bimbingan kelompok para anggota
kelompok / siswa:
a.
Diberikan
kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang
terjadi di sekitarnya.
b.
Menimbulkan
sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang bersangkut
paut dengan hal-hal yang mereka bicarakan di dalam kelompok.
c.
Menyusun
program-program kegiatan untuk mewujudkan “penolakan terhadap hal yang buruk
dan sokongan terhadap hal yang baik”.
d.
Mendorong siswa
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung membuahkan hasil
sebagaimana mereka programkan semula.
Apabila manfaat bimbingan kelompok dapat ditumbuh kembangkan, maka
bimbingan kelompok akan sangat efektif bukan saja bagi perkembangan pribadi
masing-masing anggota kelompok, tetapi bagi kemaslahatan lingkungan dan
masyarakat.[6]
G.
Tujuan
bimbingan kelompok
Secara umum tujuan bimbingan kelompok ialah untuk mengembangkan
kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi. Melalui kondisi
dan proses berperasaan, perpikir, berpersepsi dan berwawasan yang terarah,
luwes dan luas serta dinamis, maka kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi dan
bersikap dapat dikembangkan.
Secara lebih khusus, bimbingan kelompok bertujuan untuk membahas
topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan menjadi
perhatian peserta / anggota.
Menurut Binnett dan Romlah mengemukakan tujuan bimbingan kelompok
ialah:
1.
Memberikan
kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan
dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan
sosial.
2.
Memberikan
layanan-layanan penyembuhan.
3.
Untuk mencapai
tujuan-tujuan bimbingan secara lebih
ekonomis dan efektif daripada melalui kegiatan individual.
4.
Untuk
melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif.[7]
KESIMPULAN
Bimbingan kelompok merupakan bantuan
terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok
dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktifitas kelompok
membahasmasalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, maupun sosial.
1. Teknik-teknik
Bimbingan Kelompok
·
Home Room Program
·
Karya Wisata atau Field Trip
·
Diskusi Kelompok
·
Kegiatan Kelompok
·
Organisasi Murid
·
Sosiodrama
·
Psikodrama
·
Remedial Teaching
2. Pelaksanaan
Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dilaksanakan melelui
kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan
menyeluruh
Yaitu meliputi persiapan fisik (tempat dan
kelengkapannya) persiapan bahan, persiapan keterampilan dan persiapan
administrasi.
b. Pelaksanaan
tahap-tahap kegiatan
Tahap-tahapnaya
yaitu:
Ø Pembentukan.
Ø Peralihan
Ø Kegiatan.
Ø Tahap
pengakhiran
3. Nilai
– nilai bimbingan kelompok
Nilai-nilai bimbingan kelompok berkaitan dengan
aktifitas-aktifitas kelompok. beberapa diantaranya seperti:
o
Memfasilitasi perkembangan pribadi
o
Penstimulasian pembelajaran dan
pemahaman
o
Keuntungan-keuntungan interaksi kelompok
o
Ekonomi
DAFTAR PUSTAKA
Narti,
Sri. 2014. Model Bimbingan Kelompok
Berbasis Ajaran Islam untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2006. Bimbingan
dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT Rafika Aditama.
Surya,
Moh. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah. Bandung: CV. Ilmu
Winkel,
W.S. 1997. Bimbingan dan Konseling di
Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
[2] W. S. Winkel, Bimbingan dan
Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 1997), hlm 503-514.
[3] Drs. Moh. Surya, Bimbingan dan
Penyuluhan, (Bandung: CV Ilmu, 1975), hlm 106-109)
[4] Sri Narti, Model Bimbingan
Kelompok Berbasis Ajaran Islam untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm.
30-32
[5] Ibid, hlm. 32-33.
[6] Ibid, hlm. 25-26.
0 komentar:
Posting Komentar