FILSAFAT
ISLAM SERTA HUBUNGANNYA DANGAN DISIPLIN ISLAM
PENDAHULUAN
Pembicaraan tentang filsafat Islam tidak terlepas
dari pembicaraan filsafat secara umum. Berpikir filsafat merupakan hasil usaha
manusia yang berkesinambungan diseluruh dunia. Akan tetapi, berpikir filsafat
dalam arti berpikir bebas dan mendalam atau radikal yang tidak dipengaruhi oleh
dogmatis dan tradisi. Di dunia Islam, filsafat telah
melalui berbagai macam periode. Filsafat Islam lahir pada abad ke-2 H. Filosuf
muslim pertama adalah Abu ishaq Al-kindi. Dari sisi metodologinya filsafat
Islam berbeda dengan teologi (ilmu kalam). Filsafat Islam berada pada semangat
inkorporasi atau mendamaikan antara akal dengan wahyu. Gabungan antara
pemikiran liberal dan kepercayaan religius. Secara ontologis filsafat Islam
menyakini adanya relitas hierarkis yang terbentang dari alam metafisik hingga
fisik. Secara epistemologis filsafat islam menyakini akal, hati, indra dan teks
suci sebagai sumber pengetahuan yang valid.
Pandangan
terhadap filsafat adalah lebih umum dan lebih universal dibandingkan dengan
pandangan kita terhadap filsafat pada masa sekarang, karena pandangannya amat
mirip dengan pandangan yunani.
Maka
dari itu, kelompok kami akan membahas tentang pengertian dari filsafat Islam
serta hubungan-hubungannya dengan disiplin Islam lainnya seperti: ilmu kalam,
ilmu tasawuf dan fiqih.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat Islam
Filsafat
islam merupakan filsafat yang seluruh
cendekiawannya adalah muslim atau pemikiran kaum muslim. Filsafat Islam
merupakan gabungan dari kata Filsafat dan Islam. Menurut Mustofa Abdur Razik,
Filsafat Islam adalah filsafat yang tumbuh di negri Islam dan berada di bawah
naungan negara Islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya. Ada
sejumlah perbedaan besar antara filsafat islam dengan filsafat lain. Islam
adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih mencari Tuhan,
didalam filsafat Islam justru Tuhan sudah ditemukan, dalam arti bukan berarti
sudah usang dan tidak dibahas lagi, namun filsafat islam lebih memusatkan
perhatiannya kepada manusia dan alam.
1. Beberapa definisi
Karena luasnya
ruang lingkup pembahasan ilmu filsafat, maka tidaklah mustahil kalau banyak
diantara para ahli filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda.
Beberapa definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf barat dan timur yaitu:
a. Plato (427 SM – 347 SM) seorang filsuf
Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan:
Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang
bertujuan untuk mencapai kebenaran yang asli).
b. Aristoteles (382 SM – 322 SM) mengatakan
: filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi : kebenaran, logika, retorika,
ekonomi, politik dan estetika.
c. Marcus Tullius Cicero (106 SM – 34 SM)
politikus dan pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang
sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
d. Al-Farabi (wafat 950 M), filsuf muslim
terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan: filsafat adalah ilmu pengetahuan
tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebrnarnya.
e. Immanuel Kant (1724 – 1804), yang sering
disebut raksasa berpikir barat, mengatakan : filsafat adalah ilmu pokok dan
pangkal dari segala pengetahuan.
f. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar
psikologi UI, menyimpulkan filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir
radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang
hendak dimasalahkan.
g. Drs. H. Hasbullah Bbakry merumuskan:
ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia.
Dengan
memperharikan devinisi-devinisi di atas maka di artikan bahwa Filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dalam
mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat tidak mempersoalkan
gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari suatu
fenomena.[1]
2. Ciri khas Filsafat Islam
a) Sebagai filsafat religius-spiritual
Filsafat Islam
berlandasan pada prinsip agama dan amanat bertumpu pada ruh. Dikatakan filsafat
religius, karena filsafat Islam
bertumbuh di jantung Islam; tokoh-tokohnya di didik dengan ajaran Islam.
Topik-topik filsafat Islam itu bersifat religius, dimulai dengan meng-esa-kan
Tuhan dan mengaanalisa secara universal dan menukik teori ke Tuhanan.
b) Filsafat Rasional
Walaupun
berciri khas religius-spiritual, tetapi filsafat Islam juga amat bertumpu pada
akal dalam menafsirkan problematika ketuhanan, manusia, dan alam. Karena dengan
akal, kita dapat menganalisa dan membuktikan, Dengan akal juga kita dapat
menyingkap realita-realita ilmiah, dan dengan akal, manusia dapat membedakan
baik dan buruk, bahkan mampu membedakan baik buruk sebelum ada ketentuan agama.
Karena akal merupakan salah satu pintu ilmu pengetahuan.
c) Filsafat Singkretis
Filsafat
Islam memadukan antara sesama filosof. Memadukan berarti mendekatkan dan
mengumpulkan dua sudut. Dalam hal ini mereka lebih berkonsentrasi pada Plato
dan Aristoteles. Untuk itu mereka menerjemahkan dialog-dialog terpenting Plato
dan juga menerjemahkan hampir semua buku standar karya Aristoteles. Tidak hanya
menterjemahkan buku-buku Aristoteles saja, tetapi mereka berusaha sekuat tenaga
untuk menterjemahkan komentar-komentarnya, karena komentar-komentar ini mereka
pandang penting sekali.[2]
3. Objek materia dan forma
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari
suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti
mempunyai objek, yang dibedakan menjadi duan,yaitu objek material dan objek
formal.
Ø Objek Material filsafat
Objek materia adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu. Objek material juga adalah hal yang diselidiki,
dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa
saja, baik hal-hal konkret ataupun hal yang abstrak.
Ø Objek Formal Filsafat
Objek forma, yaitu sudut
pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot. Objek formal
suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama
membedakannya dari bidang-bidang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya,
objek materialnya adalah ’’manusia’’ dan manusia ini ditinjau dari sudut
pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia
diantaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya.
Objek formal filsafat, yaitu
sudut pandangan yang menyeluruh, secara umum sehingga dapat mencapai hakikat
dari objek materialnya.[3]
B.
Hubungan filsafat Islam dengan disiplin Islam
Filsafat
Islam dengan ilmu kalam
|
Ilmu
Kalam adalah suatu ilmu Islam asli yang menurut pendapat paling kuat, bahwa
ia lahir dari diskusi-diskusi sekitar Al-Quran yaitu kalam Allah, apakah ia
Qodim atau makhluk.
|
Filsafat
dan tasawuf
|
Tasawuf
adalah pembersihan hati dari mengikuti kehendak manusia, melepaskan akhlak
alamiah dengan memadukan sifat-sifat manusiawi menjauhi panggilan-panggilan
hawa nafsu, menempati sifat-sifat kerohanian, terpaut dengan ilmu-ilmu
hakikat, selama-lamanya memakai sifat-sifat ketuhanan, memberi nasihat bagi
semua umat, setia kepada Allah, secara hakiki dan mengikuti Rasulullah SAW.
Dalam syariat.
Antara
filsafat dan tasawuf mempunyai perbedaan yang sangat besar . filsafat
memandang sesuatu dengan menggunakan akal, dan menggunakan metode argumentasi
dan logika. Akan tetapi tasawuf dengan jalan mujahadah (pengekangan hawa
nafsu) serta musyahadah (pandangan batin).
|
Filsafat
dan Fiqih
|
Dimana
ushul fiqih menurut kitab Ar-Risalah adalah kitab yang ilmiah dengan
pembahasan yang sistematis susunannya dalam disiplin ilmu. Juga terlihat
dengan adanya pemikiran filosofis dalam Islam yang dicerminkan adanya
perhatian dalam mengukur suatu hal yang mendetail dan partial (sebagaian)
menurut kaidah-kaidah umum dan dengan tidak mengabaikan aspek fiqihnya yakni
menarik hukum-hukum syariat secara mendetail dengan alasan-alasan terperinci.[4]
|
C.
Aliran-aliran Filsafat Islam
Ada beberapa
aliran pokok dalam Islam yaitu aliran-aliran Syi`ah, Khawaij, Mu`tazilah dan
Asy`ariah.
1. Aliran Syi`ah
Aliran
syi`ah berbeda pendapat dengan aliran-aliran lain, di antaranya alam
penderitaan. Bahwa penunjukkan iman sesudah wafat Nabi ditentukan oleh Nabi
sendiri dengan nash, Nabi tidak boleh melupakan nash ini terhadap pengangkatan
khalifahnya, sehingga menyerahkan pekerjaan pengangkatan itu secara bebas
kepada umatnya dan khalayak ramai.
Selanjutnya, Syi`ah berpendirian bahwa
seorang imam yang di angkat itu harus maksum atau terpelihara dari dosa besar
dan dosa kecil, dan bahwa Nabi Muhammad dengan nash meninggalkan nasihatnya
untuk Ali bin Abi Thalib adalah seorang sahabatnya yang pertama dan utama.
2. Aliran Khawarij
Pokok-pokok
pendirian aliran ini antara lain, bahwa khalifah orang Islam tidak harus dari
seorang arab, kesalahan dalam berpikir dan berijtihad adalah dosa apabila
terdapat pertentangan dengan pikiran mereka. Oleh karena itu mereka
mengkhalifahkan Ali karena menerima tahkim, meskipun tahkim damai antara
Muawiyah dan Ali tidak ditemukan secara merdeka. Madzhab Azraqiyah dari aliran
ini berkeyakinan, bahwa setiap orang Islam yang menyalahi pendiriannya di hukum
musyrik, tetap dalam api neraka, wajib di bunuh dan di perangi.
3. Aliran Mu`tazilah
Aliran ini
mempunyai lima pendirian yaitu:
a. At-Tauhid, keyakinan bahwa Allah itu
satu delam zat dan sifat-Nya, dan sifat Allah itu adalah zat Allah itu sendiri.
b. Al-adl, bahwa Tuhan itu adil, yaitu
bahwa manusia itu diberi kemampuan yang merdeka untuk bertindak dan tidak di
gerakkan oleh kodrat dan iradat Tuhan saja.
c. Al-Manziliah baina maazilataini,
memberikan kedudukan di antara dua kedudukan mukmin dan kafir.
d. Al-Wa`ad wal wa`id, yang dimaksud dengan
istilah ini bahwa jika Allah menjanjikan pahala atas suatu kebajikan meski
dikerjakannya, dan apabila ia menjanjikan siksaan atas suatu kejahatan, maka
janjinya itupun wajib ditepati, tidak berhak Tuhan memberikan ampunan atas
janji yang sudah ditetapkan.
e. Amar ma`ruf nahi mungkar, pekerjaan ini
wajib berdasarkan akal manusia, bukan berdasarkan kepada perintah Allah dan
Rasul-Nya.
f. Aliran Al-Asy`ariah, Aliran ini
menentang pendirian-pendirian Mu`tazilah yang lima itu. Aliran ini berkata bahwa
sifat Allah itu bukan zat-Nya, tetapi suatu tambahan atas zat-Nya. Tiap manusia
berbuat atas kehendak Tuhan, tidak mempunyai kemampuan yang bebas. Allah tidak
wajib memenuhi janjinya atas kabaikan dan kejahatan, dengan memberi pahala
kepada yang berbuat baik dan menyiksa yang berbuat jahat. Bahwa orang yang
berbuat dosa besar tidak tidak di letakkan di antara orang mukmin dan orang
kafir, dan bahwa amar ma`ruf nahi mungkar itu diwajibkan karena Al-Qur`an dan
Hadits, bukan karena penetapan akal manusia.[5]
D.
Perbedaan
antara filsafat Barat dan Timur
|
Filsafat Barat
|
Filsafat Timur
|
Kedudukan manusia
|
Manusia manusia lepas atau
terpisah dari (lingkungan alam)
|
Manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan (alam)
|
Keberadaan Tuhan
|
Sebagian Filsuf menolak, tetapi
sebagian lagi mengakui keberadaan Tuhan
|
Tuhan terpisah dan berbeda dari
alam
|
Realitas
|
Sebagian besar Filsuf menilai
realitas sebagai sesuatu yang objektif dan mereka dapat menarik diri dari
realitas yang di pikirkannya
|
Karena manusia merupakan bagian
dari realitas, maka realitas tidak dapat di pikirkan secara objektif. Manusia
tidak dapat menarik diri darinya
|
Agama
|
Kecuali pada abad pertengahan,
agama terpisah dari filsafat
|
Filsafat dan agama tidak dapat
terpisahkan
|
Ciri khas filsafat
|
Sebagai aktifitas intelektual
|
Filsafat sebagai aktivitas
kontemplasi kehidupan
|
Metode
|
Pengalaman empiris dan rasio
adalah alat untuk menyusun pengetahuan (filsafat)
|
Pengalaman dan rasio penting, tapi
penghayatan hidup dan intuisi (pengalaman langsung tanpa media, teori atau
konsep-konsep teoritis lebih penting lagi)
|
Sistematika
|
Sistematis, misalnya ada pembedaan
tegas antara metafisika, epistimologi, dan aksiologi beserta cabang-cabangnya
|
Tidak memiliki sistematika seperti
filsafat barat
|
Terapan filsafat
|
Berhubungan erat dengan ilmu
pengetahuan
|
Menjadi landasan atau pegangan
kehidupan sehari-hari
|
Pusat atau tempat aktivitas
berfilsafat
|
Terutama di lingkungan akademik
(universitas)
|
Lingkungan nonakademik (antara
lain tempat-tempat ibadat)
|
Beberapa contoh aliran-aliran atau
jenis-jenis filsafat
|
Idealisme, materialisme,
empirisme,rasionalisme, pragmatisme, eksistensialisme.
|
Taoisme, confusionisme (china),
shinto (jepang), buhisme, hinduisme (india). [6]
|
PENUTUP
Kesimpulan :
Filsafat
islam merupakan filsafat yang seluruh
cendekiawannya adalah muslim atau pemikiran kaum muslim. Filsafat Islam
merupakan gabungan dari kata Filsafat dan Islam.
Ciri khas filsafat islam,
Ø
sebagai filsafat
religius spiritual
Ø sebagai
filsafat rasional
Ø sebagai
filsafat sinkretis
Ø sebagai
filsafat yang berhubungan kuat dengan ilmu pengetahuan.
Objek materia dan forma
Ø Objek Material filsafat
Objek materia adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu. Objek material juga adalah hal yang diselidiki,
dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa
saja, baik hal-hal konkret ataupun hal yang abstrak.
Ø Objek Formal Filsafat
Objek forma, yaitu sudut
pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot. Objek formal
suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama
membedakannya dari bidang-bidang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya,
objek materialnya adalah ’’manusia’’ dan manusia ini ditinjau dari sudut
pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia
diantaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Mustofa
Ahmad.1997.Filsafat Islam.Bandung:CV.
Pustaka Stia
Ø Madkour
ibrahim.2002.Aliran dan Teori Filsafat
Islam.Jakarta:PT Bumi Aksara
Ø Abidin
Zainal.2011.Pengantar Filsafat Barat.Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada
Ø http://sang-pemikir.blogspot.com/2008/12/objek-material-dan-objek-formal.htm
[1] A. Mustofa, H. Filsafat Islam, (Bandung
: CV Pustaka Setia, 1997), hlm. 9
[2] Ibrahim Madkour, Aliran dan
Teori Filsafat Islam, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2002), hlm.244
[4] Opcit, hlm 45
[5] Opcit, hlm. 48
[6] Zaenal Abidin, Pengantar
Filsafat Barat, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm 2-3
0 komentar:
Posting Komentar