RESENSI
METAFISIKA IQBAL
Pengantar untuk Memahami
The Reconstruction of Relijius Thought in Islam
Metafisika Iqbal
Pengantar untuk Memahami
The Reconstruction of Religius Thought in Islam
Judul Asli : The
Metaphysics of Iqbal
Penulis : DR.
Ishrat Hasan Enver
Pengantar : DR. Syed
Zahfarul Hasan
Penerjemah : M. Fauzi
Arifin
Penyunting : Kamdani
Desain Sampul : Nuruddien
Tata Letak : Susanti
Y. Utami
Cetakan : 1
Februari 2004
Penerbit :
PUSTAKA PELAJAR Yogyakarta
Pencetak : Pustaka
Pelajar Offset
ISBN :
979-3477-44-X
Tebal : 134
halaman
Metafisika tidak mungkin bila level
pengalaman normal adalah satu-satunya pengalaman atau tahap akhir dari seluruh
pengalaman. Iqbal mengemukakan ada suatu pengalaman selain level normal, yaitu
pengalaman intuisi.
Intuisi adalah berasal dari hati. Ia
bukan milik akal atau intelek. Akal atau intelek hanya menjangkau dunia
fenomena, yakni aspek realitas yang tampak dalam persepsi indrawi. Sedangkan
hati membawa kita berhubungan dengan aspek realitas, bukan membuka persepsi
indrawi. Dengan intuisi, objek pengetahuan dapat di pahami secara langsung.
“Tuhan bukanlah sebuah entitas matematis atau sebuah sistem konsep yang saling
berhubungan satu sama lain dan tidak berkaitan dengan pengalaman”. “Dia adalah
suatu wujud objektif yang kongkret”.
Titik letak dari filsafat Iqbal
adalah filsafat Diri. Diri merupakan dasar pemikiran Iqbal. Dirilah yang
memberi Iqbal jalan menuju metafisik, karena menurut Iqbal intuisi diri yang
membuat metafisik. Diri adalah suatu realitas yang benar-benar nyata. Diri ada
dan keberadaannya terletak dalam hakekatnya sendiri. Dengan intuisi itu kita
mengetahui bahwa diri benar-benar nyata. Kita dapat mengetahui hakikatnya
secara langsung. Intuisi diri juga memberikan kepada kita keyakinan kokoh dan
langsung atas keberadaan pengalaman kita.
Iqbal selalu menaruh perhatian akan
akibat berbahaya dari pemikiran penteisme, karena dia sendiri pernah
terpengaruh oleh pemikiran tersebut di masa-masa awal pemikirannya. Argumennya
melawan peaneisme dengan alasan sebagai berikut:
Data indra dan tingkat persepsi pemikiran tidak dapat dianggap
sebagai sesuatu yang tidak nyata. Kemudian untuk menghentikan gerak langkah
panteisme, kita membutuhkan kekuatan pemikiran dan kepastian dari pada persepsi
fenomena semata yang kita terima. Karena itulah Iqbal mengajukan pertimbangan
pokok yang kedua dan kepastian yang tak disangkal melawan panteisme: Iqbal
tertarik dengan realitas diri atau yang disebutmya “ego”.
Kemudian dilihat dari Dunia Materi,
disini Iqbal tidak mengklaim intuisi, artinya dia harus mencari jalan lain
untuk beranalogi ketika menentukan sifat dunia materi. Dunia materi diukur
melalui konsep masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Pandangan tentang
waktu ini secara keseluruhan bersifat kualitatif seperti yang dikatakan Iqbal,
khusus berada dalam diri terdalam kita yang dalam kata-katanya adalah “Diri dan
Apresiatif”.
Kelebihan-kelebihan dari buku ini
yaitu dengan adanya penjelasan berbagai pendapat para tokoh bukan hanya
pendapat dari Iqbal saja. Di buku ini juga tertulis berbagai alasan mengapa
Iqbal menolak ajaran panteisme, dan juga bagaimana dia dapat teralepas dari
pikiran itu serta bagaimana dia mendapatkan ilmu yang dapat memperkokoh
pikirannya, sehingga dia dapat membebaskan dirinya dari pikiran panteisme.
0 komentar:
Posting Komentar